Persiapan Karir dan Handover UI/UX Designer

Berpindah dari fase belajar ke industri profesional adalah langkah besar bagi setiap desainer. Bukan lagi soal membuat visual yang estetik, dunia kerja menuntut efisiensi, komunikasi teknis, dan bukti nyata bahwa desain Anda bisa bekerja.

Artikel ini akan membahas tiga pilar utama untuk memastikan transisi Anda ke industri berjalan mulus, yaitu Tools, Portofolio berbasis solusi, dan proses Handover yang profesional.


1. Tools of the Trade

Menguasai Standar Industri

Sebelum terjun, Anda harus fasih menggunakan "senjata" yang digunakan tim profesional. Saat ini, ekosistem desain UI/UX didominasi oleh tiga alat utama:

Figma (Standar Utama)

Saat ini, Fugma merupakan pemimpin pasar karena fitur kolaborasi real-time yang sangat kuat. Anda wajib menguasai Auto Layout, Components, dan Variables untuk efisiensi kerja.

Adobe XD
Adobe XD masih banyak digunakan di perusahaan yang sudah berlangganan ekosistem Adobe Creative Cloud. Keunggulannya ada pada integrasi dengan Photoshop dan Illustrator.

Sketch
Sketch merupakkan pionir alat desain UI yang eksklusif untuk macOS. Meski popularitasnya menurun dibanding Figma, beberapa perusahaan besar masih menggunakannya.

Jangan hanya belajar cara menggambar kotak. Pelajari cara membangun Design System sederhana. Industri mencari desainer yang tahu cara menjaga konsistensi, bukan sekadar mengganti warna secara manual di setiap halaman.

2. Portfolio Building

Menjual Solusi, Bukan Sekadar Visual

Banyak desainer pemula terjebak membuat portofolio yang berisi "gambar cantik" tanpa penjelasan. Di mata recruiter, portofolio terbaik adalah yang menceritakan proses pemecahan masalah.

Berikut ini Struktur Case Study yang Menarik.

  1. The Problem. Masalah apa yang coba Anda selesaikan? (Contoh: "User merasa kesulitan saat melakukan checkout di aplikasi belanja").

  2. The Research. Bagaimana Anda tahu itu masalahnya? Sertakan hasil interview atau survei singkat.

  3. The Solution. Tunjukkan coret-coretan wireframe atau user flow sebelum masuk ke desain final.

  4. The Result. Tampilkan desain akhir (High Fidelity) dan jelaskan mengapa keputusan desain tersebut diambil (misal: "Saya memindahkan tombol ke bawah agar lebih mudah dijangkau jempol").

Satu case study yang mendalam jauh lebih berharga daripada sepuluh desain beranda tanpa konteks.

3. Design Handoff

Menjembatani Desain ke Kode

Inilah langkah terakhir yang paling krusial. Desain Anda tidak akan berguna jika developer tidak bisa mengimplementasikannya ke dalam kode. Design handoff adalah proses memberikan aset dan spesifikasi kepada tim teknis.

Cara Melakukan Handoff yang Benar

A. Menggunakan Figma (Dev Mode / Inspect)

Figma memiliki fitur bawaan untuk developer.

  • Pastikan Layer Rapi. Beri nama layer yang logis dan sesuai. (jangan "Frame 1234").

  • Gunakan Styles. Pastikan warna dan tipografi sudah didaftarkan sebagai Styles agar developer bisa melihat variabel CSS-nya.

  • Aset Siap Ekspor: Tandai ikon atau gambar sebagai "Exportable" sehingga developer tinggal mengunduhnya dalam format SVG atau PNG.

B. Menggunakan Zeplin

Jika perusahaan menggunakan Zeplin sebagai jembatan, maka ikuti langkah berikut.

  • Ekspor frame dari Figma/Sketch ke Zeplin.

  • Zeplin akan otomatis menghasilkan spesifikasi jarak (padding/margin), kode warna (HEX/RGB), dan aset gambar.

  • Gunakan fitur Notes di Zeplin untuk menjelaskan interaksi yang kompleks. Misalnya "Tombol ini akan memunculkan pop-up setelah 2 detik").

Kesimpulan

Menjadi desainer profesional berarti Anda harus mulai berpikir melampaui kanvas desain. Anda harus memikirkan bagaimana user menggunakan produk Anda, bagaimana developer membangunnya, dan bagaimana bisnis diuntungkan oleh solusi Anda.

Dengan menguasai tools standar, menyusun portofolio yang berfokus pada solusi, dan memahami proses handoff, Anda sudah memiliki fondasi kuat untuk bersaing di industri kreatif.

Posting Komentar

Tuliskan Komentar anda di sini

Lebih baru Lebih lama